Minggu, 19 Maret 2017

SEJARAH MASUK NYA OLAHRAGA TENIS MEJA DI INDONESIA

SEJARAH MASUK NYA OLAHRAGA TENIS MEJA DI INDONESIA

SEJARAH MASUK NYA TENIS MEJA DI INDONESIA

Pertama Kali Masuk Indonesia

Tenis Meja masuk ke Indonesia pertama kali pada 1930an, yakni pada masa penjajahan Belanda.Permaninan bola kecil yang dimainkan di atas meja dengan ukuran tertentu ini dibawa oleh orang – orang Belanda yang datang ke Indonesia.Mereka bermain dibalai – balai pertemuan umum yang dikenal sebagai societeit. Permainan yang ketika itu masih dikenal dengan nama “pingpong” tersebut lambat laun berkembang. Yang main bukan lagi orang – orang Belanda, tapi pamong atau ambtenar (pegawai negeri). Di setiap kantor – kantor pemerintahan hampir selalu ada meja pingpong. Bersama pegawai negeri inilah masyarakat umum juga mengenal dan bermain pingpong. Setelah 10 tahun, pingpong semakin diminati oleh masyarakat di Indonesia, baik di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Palembang dan lainnya, hingga kota – kota kecil dan pelosok daerah. Maka muncullah nama – nama yang patut dikenang pada masa itu, antara lain, Liem Ngo Sun, The Tiong Yan, Tan Sing Hien, Lie Siu Lin, Liem Hui Ching, Leman Afandi, Tan Chin Hock, Tan Persis, dan Lie Kwang Chu. Menyadari animo masyarakat terhadap pingpong terus meningkat, pada 1948 di Surabaya dibentuklah sebuah organisasi pingpong yang bertujuan untuk memasyarakatkan olahraga pingpong di Indonesia dan meningkatkan prestasi atlet – atlet pingpong, baik di tingkat nasional maupun internasional. Nama organisasi itu adlah Persatuan Pingpong Seluruh Indonesia. Pada 1951 nama atau istilah pingpong dibakukan menjadi “tenis meja”. Maka dengan sendirinya organisasi keolahragaan itupun menjadi PTMSI.Pada tahun itu juga PTMSI menjadi anggota TTFA.Kemudian pada 1961 PTMSI resmi menjadi anggota ITTF.

tentang renang di indonesia

Tentang Renang di Indonesia

Renang sudah ada sejak zaman dulu kala, hal ini dapat dilihat dari peninggalan – peninggalan zaman dahulu yang berbentuk relief, lukisan – lukisan dan gambar pada mata uang (Soemanto dan Suradi : 2001).
Renang sebagai olahraga dikembangkan oleh bangsa Inggris. Untuk gaya-gayanya,yang pertama dipertandingkan adalah gaya dada yaitu gaya yang menirukan gerakan dari katak yang sedang berenang. Kemudian menyusul gaya bebas, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu. Tahun 1908 berdirilah Federation Internationale de Nation Amateur (FINA) yang merupakan perserikatan internasional (Soemanto dan Suradi : 2000 :3).

b . Sejarah Perkembangan Renang di Indonesia
Sebelum perang kemerdekaan tahun 1945 olahraga renang di Indonesia hanya dilakukan oleh orang-orang kulit putih saja. Hampir semua kolam renang yang didirikan pada waktu itu milik orang kulit putih semua. Memang ada satu dua kolam renang yang dibuka untuk umum, tetapi biaya masuk sedemikian mahalnya sehingga bangsa kita tidak mampu membayarnya.
Kolam renang yang pertama didirikan di Indonesia adalah Ciampelas di Bandung tahun 1904. Sesudah itu menyusul kolam renang Cikini dan Brantas. Kolam renang yang agak modern didirikan sesudah tahun 1930 misalnya Manggarai(Jakarta) dan Tegalsari (Surabaya). Pada tahun 1956 di Yogyakarta didirikan kolam renang modern dalam rangka Colombo Plan, tahun 1957 di Makassar dibuat juga suatu kolam renang yang modern untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional yang ke IV. Di Jakarta (Senayan) didirikan kolam renang yang modern untuk keperluan Asian Games ke IV tahun 1962.
Di Indonesia perkembangan olahraga renang lambat, mengingat Indonesia dijajah bangsa lain cukup lama. Baru setelah kemerdekaan Indonesia, perkembangan renang meningkat dengan memuaskan. Pada tahun 1951 berdirilah Persatuan Berenang Seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 1957 organisasi ini diganti namanya menjadi Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI). Tahun 1970 PRSI melaksanakan program Age Group atau Kelompok Umur (KU) yang bertujuan untuk pembibitan atlet renang (Soemanto dan Suradi: 2001).
Dalam perlombaan Kejuaraan Renang Antar Perkumpulan Seluruh Indonesia (KRAPSI) XXVIII di Bandung tahun 2007 untuk putra dan putri , digunakan program Age Group untuk membagi atlet-atletnya sesuai dengan kelompok umur masing-masing atlet. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:
1) Senior : (18 tahun dan diatasnya), lahir sebelum 1 Januari 1989.
2) KU I : (15 – 17 tahun), lahir 02-01-1989 s/d 01-01-1992.
3) KU II : (13 – 14 tahun), lahir 02-01-1992 s/d 01-01-1994.
4) KU III : (11 – 12 tahun), lahir 02-01-1994 s/d 01-01-1996.
5) KU IV : (10 tahun dan dibawahnya), lahir setelah 02-01-1996.

perkembangan futsal di indonesia

Futsal masuk ke Indonesia sebenarnya pada sekitar tahun 1998-1999. Lalu pada tahun 2000-an, futsal mulai dikenal masyarakat. Pada saat itulah futsal mulai berkembang dengan maraknya sekolah-sekolah futsal di Indonesia. Lalu pada tahun 2002 AFC meminta Indonesia untuk menggelar kejuaraan Piala Asia.
Futsal di Indonesia saat ini sudah sangat berkembang. Akan tetapi, sampai saat ini olahraga futsal hanya bersifat rekreatif saja, belum menjadi sebuah olahraga profesional. Jadi saya rasa untuk awal-awal perkembangannya sudah bagus. Sekarang tinggal bagaimana Badan Futsal Nasional (BFN) dan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dapat bekerja bahu-membahu untuk membawa olahraga ini dinikmati semua masyarakat dan menjadi sebuah olahraga yang profesional.
Apa saja kendala yang dihadapi dalam mengembangkan futsal?
Kendala utama di olahraga ini adalah soal dana untuk uji coba. Akibatnya, apabila tim nasional kita bertanding di dalam negeri pasti kita selalu menang besar. Tetapi, kita tidak mendapatkan pelajaran dari kemenangan-kemenangan itu. Tim nasional perlu untuk bermain di luar negeri agar bisa belajar dan mengetahui kekuatan lawan walaupun nantinya kita mengalami kekalahan. Di Eropa terdapat tim-tim yang kuat. Kita seharunya bertanding melawan mereka.
Untuk saat ini, untuk mencari pengalaman bertanding dengan tim-tim kuat hanyalah dengan mengikuti pertandingan persahabatan, kejuaraan ASEAN, dan kejuaraan invitasi, seperti KL World 5 yang akan dimulai pekan depan.
Apa yang seharusnya dilakukan agar futsal menjadi olahraga profesional dan Indonesia menjadi kekuatan futsal dunia?
Yang pertama adalah sosialisasi. Harus semakin banyak diadakan kejuaraan atau turnamen dengan menggandeng sponsor. Memang ini merupakan tugas kami, BFN, yang seharusnya memikirkan untuk kompetisi-kompetisi. Saat ini kami sedang membicarakan mengenai program-program futsal di Tanah Air. Kerja sama dengan pihak-pihak terkait, terutama dengan berbagai media, bisa menjadi saran penting untuk socialsasi.
Lalu pembinaan harus dibenahi. Kerjasama dengan pihak Depdiknas dan Menpora agar futsal menjadi olahraga wajib di sekolah-sekolah dasar bisa menjadi salah satu solusi.
Yang terakhir adalah sarana. Saat ini lapangan futsal yang berlapis rubber (karet) masih jarang. Lapangan-lapangan indoor soccer yang ada seperti di Jakarta saat ini malah semakin menjamur. Sarana futsal mestinya makin diperbanyak.
Bagaimana dengan Liga Futsal Nasional yang pernah berjalan beberapa waktu lalu dan kemudian menghilang

perkembangan catur di indonesia

Catur adalah salah satu olahraga yang cukup populer di Inodonesia. Kepopuleran catur bisa dikatakan hampir menyamai kepopuleran  olahraga sepak bola maupun olahraga bulu tangkis. Catur dimainkan oleh semua kalangan, baik tua, muda, pria, wanita banyak yang meyukai permainan ini. Kepopuleran catur ini mungkin karena catur adalah olahraga yang sederhana dan olahraga yang bisa dimainkan kapan saja, tidak bergantung pada waktu, cuaca, iklim, dan lain-lain.


sejarah catur Indonesia
image source : chess.co.uk

Tetapi, apakah kita menegtahui perkembangan catur di Indonesia?

Sebenarnya,

Bagaimanakah perkembangan permainan cataur di Indonesia?

Masuknya permainan catur di Indonesia dipercaya merupakan sesuatu yang dibawa oleh bangsa Eropa, dalam hal ini adalah bangsa Belanda yang saat itu menjajah Inodonesia. Pada saat masuknya bangsa Belanda, catur belum  menjad olahraga populer di kalangan masyarakat pribumi. Saat itu catur hanya dimainkan oleh bangsa Belanda.  Catur di Indonesia belum memiliki sejarah yang panjang seperti catur di dunia. Orang Indonesia pada dasarnya hanya mengikuti tren yang dibawa oleh bangsa Belanda pada saat itu.


Pada akhir abad ke-19, muncullah banyak klub-klub catur di beberapa kota bedar di Indonesia, seperti Magelang,Ssurabaya, Yogjakarta dan Bandung. Pada tahun 1925, didirikanlah persatuan catur pertama dengan nama Nederlandsch Indische Schaakbond di kota Yogyakarta.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa catur telah lama dikenal oleh prang-orang Batak . Akan tetapi, konon katanya ada perbedaaan antara catur yang dimainkan oleh oran-orang Batak ini denang catur yang dimainkan oleh orang eropa. Mungkin saja catur telah diperkenalkan sebelumnya kepada orang Batak sebelum dibawa oleh orang-orang Belanda. Bahkan, pada salah satu pertandingan simultan yang dilakukan di salah satu kota di Sumatera, dua dari pecatur  asal Batak ini berhasil menaklukkan sang juara Belanda Yaitu Max Euwe. Saking hebantya peatur Batak itu, mx Euwe kemudian kembali lagi setelah sebelumnya berkunjung ke Jawa. Banyak yang  menyimpulkan bahwa kekuatan pecatur dari Batak ini adalah karena intuisi mereka yang hebat. Mereka mampu membuat langkah-langkah yang mengejutkan.

Pada tahun 1938, sebelum meletusnya perang dunia kedua catur telah menjadi populer di Indonesia. Bahkan jumlah pecatur Indonesia manjadi jauh lebih banyak dari jumlah pecatur yan berasal dari golongan Eropa.

Dimasa penjajahan Belanda, olah raga catur dihilangkan sama sekali. Entah karena alasan apa, mungkin saja karena Jepang takut jika banyak orang Indonesia  akan memiliki kemampuan taktis yang lebih baik sehingga bisa menjatuhkan mereka, atau bisa saja karena bangasa Indonesia terlalu sengsara dengan menjadi Romusha maupun Peta dan organisasi buatan Jepang lainnya sehingga tidak mampu meluangkan waktu sedikitpun untuk memainkan permainan ini. Atau bisa saja karena bangsa Jepang ingin memperkenalkan catur versi milik mereka.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, percaturan Indonesia mulai dihidupkan kembali, sehingga pada akhirnya didirikanlah Persatuan Catur Seluruh Indonesia ( Percasi ). Pada tahun 1948 setelah diprakarsai oleh beberapa tokoh pada saat itu. Percasi sendiri dianggap resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1950 dikota Yogyakarata dan pada saat itu telah memiliki Anggaran Dasar Rumah Tangga ( ADRT ). Ketua umum percasi pertama adalah  Dr. Suwito Mangkusuwodo. Kejuaraan nasional pertama sendiri baru bisa terlaksana pada tahun 1953.

Kedudukan Percasi kemudian dipindahkan dari Yogyakarat ke Surabaya pada tahun 1955 dan resmi diterima sebagai anggota FIDE pada tahun 1966.

Sejak saat itu, catur telah berkembang di Indonesia dan telah melahirkan beberapa Grand Master Hebat seprti Herman Suradiraja ( Grandmaster pertama), Susanto Megaranto(Grandmaster termuda), Edie Handoko, Cerdas Barus, Ruben Gunawan, Ardiansyah dan Utut Adianto.

Bukan hanya kaum adam saja yang bisa menharumkan nama Indonesia di pentas dunia melalui olah raga catur. Ada juga beberapa wanita yang memiliki prestasi yang sangat baik di dunia, seperti Irene Kharisma Sukandar, dan yang terbaru ini adalah Medina Warda Aulia.

Meskipun demikian, ada beberapa fakta pahit yang harus kita terima bahwa pada saat ini kepengurusan Percasi di  tingkat  daerah, bahkan di tingkat Provinsi masih dianggap kurang jelas, hal ini bisa kita simpulkan karena kurangnya kejuaraan yang dibuat oleh Percasi. Kebanyakan kejuaraan yang ada di Indonesia untuk tingkat daerah diselenggarakan oleh perusahaan, ataupun organisasi-organisasi tertentu, terutama mahasiswa.
Padahal, disatu sisi saat ini catur telah banyak melahirkan atlet-atlet muda berprestasi. Banyak anak-anak yang tidak menganggap catur sebagai olahraganya kaum tua dan lebih cenderung menganggap catur sebagai olahraga dari orang-orang cerdas. Disatu sisi juga, telah banyak bermunculan klub-klub catur di seluruh daerah dan penjuru kota di Indonesia.

perkembangan pencak silat di indonesia

A. SEJARAH PENCAK SILAT

Pencak silat merupakan ilmu bela diri warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Untuk mempertahankan kehidupannya, manusia selalu membela diri dari ancaman alam, binatang, maupun sesamanya yang dianggap mengancam integritasnya. Cara membela diri dari suatu daerah, berbeda dengan daerah lainnya. Untuk daerah pegunungan, pada umumnya, ditandai dengan sikap kuda-kuda yang kokoh dan gerak lengan yang lincah, sedangkan untuk daerah-daerah datar ditandai dengan sikap kuda-kuda yang ringan serta olah gerak kaki yang lincah. Perbedaan tersebuut disebabkan karena kondisi daerah dan bentuk ancamannya, termasuk jenis senjata yang digunakannya. Jurus-jurus yang digunakan untuk membela diri banyak diilhami dari dari olah gerak binatang-binatang, seperti macan, monyet, ular, dan bangau dan lain-lainnya.


B. PERKEMBANGAN PENCAK SILAT

Berbicara tentang “Perkembangan”, maka kita harus meletakkan dan melihat adanya saling hubungan antara sederet kejadian-kejadian sejarah, yang mana deratan tersebut dijajar menurut skala waktu. Kejadian sejarah tidak hanya terjadi pada seorang dan satu tempat saja, akan tetapi selalu terjadi akibat adanya saling hubungan manusia dengan sesamanya, yang kemudian dapat diperluas antara daerah bahkan antarnegara. Karena ketiga faktor sejarah tersebut yaitu faktor manusia, faktor tempat, dan faktor waktu, harus ada secara keseluruhan, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus dipelihara, dibina, dan dikembangkan guna memprkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggan nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuian bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa di masa depan. (TAP. MPR, 1987:109)
Pencak silat, merupakan salah satu jenis bela diri yang sudah cukup tua umurnya. Tetapi saat ini belum kita dapatkan secara pasti kapan dan oleh siapa pencak silat itu diciptakan. Oleh karena itu biasannya perkembangan sejarah pencak silat, selalu dihubungkan dengan perkembangan sejarah manusia. Bagaimana sejarah perkembangan pencak silat di Indonesia, sejak dulu zaman penjajahan hingga setelah merdeka dan melaksanakan pembangunan disegala bidang.

1. Zaman Prasejarah
Pada zaman prasejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membela diri sesuai dengan situasi dan kondisi sekitarnya
. Orang yang hidup di dekat hutan-hutn mempunyai cara membela diri yang khas untuk menghadapi binatang yang buas yang ada di hutan. Bahkan mereka juga menciptakan bela diri dengan meniru gerakan binatang tersebut, misalnya meniru hewan harimau, ular, burung.
Orang-orang yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya mnciptakan bela diri yang mempunyai cirri khas kuda-kuda yang kokoh tidak hanya bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya gunanya.
Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa berjalan bergegas, lari. Sehingga gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka menciptakan bela diri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat bela diri. Akhirnya setiap daerah mempunyai bela diri yang khas dan berbeda dengan daerah lainnya., sehingga timbullah aliran bela diri beraneka ragam. Pertemuan antara penduduk daerah yang satu dengan yang lainnya menyababkan terjadinya tukar mrnukar ilmu bela diri, sehingga dapat meningkatkan mutu bela diri di setiap daerah.

2. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan pencak silat dipelajari dan dipergunakan baik oleh punggawa kerajaan, kesultanan, maupun para pehuang, pahlawan yang berusaha melawan penjajah. Di kalangan para pejuang, pencak silat diajarkan secara rahasia, sembunyi-sembunyi, karena kalau diketahui oleh penjajah akan dilarang. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhirnya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran mereka memang beralasan, karena hamper semua pahlawan bangsa seperti Tjik di Tiro, Imam bonjol, Fatahillah, Diponegoro, dan lain-lain adalah pendekar silat.
Perguruan-perguruan pencak silat tumbuh tanpa diketahhui para penjajah, bahkan sebagian menjadi semacam perkumpulan rahasia. Pencak silat dipelajari pula oleh kaum gerakan politik termasuk beberapa organisasi kepanduan nasional. Secara diam-diam prguruan-perguruan tersebut pencak silat berhasil memupuk kekuatan kelompok-kelompok yang siap melawan penjajah sewaktu-waktu. Kaum pergerakan yang ditangkap oleh penjajah dan dibuang, secara diam-diam pula, menyebarkan ilmu pencak silat tersebut di tempat pembuangan. Pasukan Pembela Tanah Air yang telah dikenal dengan nama PETA, juga mempelajari pencak silat dengan tekun.
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Pencak silat sebagai ilmu bela diri nasional, didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan pertahanan bersama menghadapi sekutu. Dimana-mana, karena anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat di seluruh Jawa, serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah di Jakarta, pada waktu itu tidak diciptakan oleh para Pembina pencak silat suatuolahraga berdasarkan pencak silat yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada setiap pagi di sekolah-sekolah.
Akan tetapi usul itu ditolak oleh Shimitzu, karena khawatir akan mendesak Tahayo Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsure-unsur warisan kebesaran kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi untuk kepentingan Jepang, bukan untuk kepentingan nasional kita. Namun haruslah kita akui bahwa keuntungan yang kita dapatkan dari zaman itu, kita mulai insyaf lagi akan keharusan berusaha mengembalikan ilmu pencak silat dari masyarakat.
Walaupun di masa penjajahan Belanda, pencak silat tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru dan pendekar pencak silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional, semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional, para pelajar pada tahun duapuluhan atau bsebelumnya mendalami pencak silat, ternyata di masa kemerdekaan telah terbentuklah wadah nasional pencak silat Indonesia, pada tahun 1948.

3. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Kemahiran ilmu bela diri pencak silat yang dipupuk terus-menerus oleh bangsa Indonesia, akhirnya digunakan untuk melawan penjajah secara gerilya ada zaman perang kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu perang, sibuk sekali mendidik, menggembleng tentara dan rakyat. Pesantren-pesantren disamping mengajarkan agama, juga meningkatkan pendidkan bela diri pencak silat. Perang fisik di Surabaya melawan Sekutu, pada bulan November tahun 1945, banyak menampilkan pejuang yang gagah berani.; Hasil didikan pencak silat dari pondok Tebu Ireng Gontor dan Jamsaren.
Pondok pesantren dan perguruan-perguruan pencak silat tersebut bukan hanya mengajarkan bela diri pencak silat saja melainkan juga mengisi jiwa ara calon pejuang dengan semangat juang patriotisme yang berkobar-kobar. Semangat juang demikianlah yang membuat mereka tak mempunyai rasa takut sedikiypun dalam melawan penjajah tentara sekutu yang mempunyai persenjataan yang lebih lengkap dan canggih, sehingga akhirnya bangsa Indonesia dapat berhasil memenangkan perang kemerdekaan secara gemilang.
Setelah Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, Belanda melancarkan dua kali agresi untuk menguasai kembali Indonesia. Pencak silat kembali dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kemahiran putra-putri Indonesia guna menghadapi perang terhadap Belanda. Para pemimpin bangsa Indonesia, dan para pendekar silat waktu itu, menyadari bahwa pengajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang dan menggalang persaudaraan yang erat.
Pada awal kemerdekaan kita, Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia dalam kelompok-kelompok kesukuan dengan dibentuknya Negara-negara bagian. Bahkan kemudian terjadi pemberontakan politik PKI di Madiun, dan Darul Islam atau DI/TII. Kemahiran pencak silat bangsa Indonesia, digunakan kembali untuk menumpas pemberontakan. Bahkan untuk menumpas DI/TII, digunakan cara pagar betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh tentara bersama dengan rakyat yang telah diajarkan kemahiran bela diri pencak silat.

4. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Menjelang Pekan Olahraga Nasional yang pertama di Solo, para pendekar pencak silat berkumpul untuk membentuk organisasi pencak silat. Pada tanggal 18 Mei 1948, dibentuklah organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI), yang kemudian menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Persatuan para pendekar dalam organisasi IPSI tersebut dimaksudkan untuk menggalang kembali semangat juang bangsa Indonesia, yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Yang lebih penting, pencak silat dengan rasa persaudaraannya dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang pada saat itu sedang terpecah belah.
IPSI berdiri pada tahun 1973 dengan dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro, Mariyun Sudirohadiprodjo, dan Rachmad Surenogoro. Banyak regenerasi yang dilakukan oleh IPSI dan seminar yang salah satunya dilaksanakan di Tugu Bogor pad tahun 1973.
Program olahraga bela diri pencak silat dtingkatkan dengan dilaksanakan program pertandingan olahraga pencak silat, dan dimasukkan dalam acara Pekan Olahrag Nasional (PON). Dengan seringnya kegiatan pertandingan olahraga pencak silat dtingkat-tingkat daerah maupun nasional, tersusun kembali kekuatan-kekuatan pencak silat yang selanjutnya membutuhkan program pembinaan yang terarah. Usaha-usaha pemerintah untuk menangani pencak silat akan lebih mendorong masyarakat untuk ikut melestarikan penak silat. Pada beberapa tahun terakhir pencak silat memasuki kawasan internasional, baik dari perkembangan pencak silat di negara-negara Eropa dan Amerika, maupun hubungan silaturahmi dengan bangsa serumpun di kawasan Asia Tenggara.
Pada tahun 1980 terbentuklah Persekutuan Pencak Silat antar Bangsa (PERSILAT) yang didukung oleh Negara-negara Asean, ialah Indonesia, Malaysia, Singapura. Tanggal 1 Januari 1983 diadakan pertemuan di Singapura.
Pada bulan Juli 1985, PERSILAT memutuskan dan menetapkan peraturan-peraturan di bidang olahraga pencak silat meliputi :
1. Peraturan pertandinagn olahraga pencak silat.
2. Peraturan penyelenggaraan pertandingan olahraga pencak silat.
3. Pedoman teknik dan taktik pertandingan olahraga pencak silat.
4. Pedoman pelaksanaan tugas wasit dan juri olahraga pencak silat.
5. Pedoman kesehatan pertandingan olahraga pencak silat.
6. Ketentuan tentang peralatan dan kelengkapan pertandingan olahraga pencak silat, (PERSILAT, 1985)