Kamis, 16 Maret 2017

perkembangan badminton di indonesia

Sejarah perkembangan olahraga badminton di indonesia. Di Indonesia, olahraga badminton juga dikenal dengan nama bulutangkis. Perkembangan olahraga bulutangkis di indonesia sangat terkait akan adanya kesadaran bahwa olahraga bisa membawa nama harum bangsa Indonesia di kanca dunia. Oleh karena itu mulailah didirikan berbagai perkumpulan. Di jakarta pada tanggal 20 januari 1947, didirikan Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI). Kantor pusat PORI pada saat itu berada di Yogyakarta dengan Tri Tjondokusumo sebagai Ketua. Pada saat zaman belanda, persatuan bulutangkis tersebut dinamakan BBL (Bataviasche Badminton Leaque) yang kemudian dirubah menjadi BBU (Bataviasche Badminton Unie ). Secara umum BBU diikuti oleh orang-orang keturunan Tionghoa yang mempunyai kesadaran akan nasionalisme tinggi. Kemudian mereka merubah BBU menjadi Perbad (Persatuan Badminton Djakarta) dan diketuai oleh Tjoang Seng Tiang.
http://43sports.blogspot.com/2016/08/sejarah-badminton-indonesia.html
Bulutangkis telah menjadi olahraga olimpiade pada musim panas yaitu Olimpiade Barcelona pada tahun 1992. Pada saat itu Indonesia dan Korea sama-sama memperoleh masing-masing 2 medali emas. Perkembangan olahraga bulutangkis di Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sejarah bangsa Indonesia, sejak masa sebelum revolusi fissik, zaman kemerdekaan, hingga periode pembangunan masa order baru. Orang belanda membawa olahraga bulutangkis ke negara ini, dan juga para pelajar-pelajar indonesia yang pulang dari belajar di luar negeri telah membuat bulutangkis menjadi olahraga yang populer dan digemari oleh masyarakat indonesia.
Pada tahun 1949 Perbad bertukar pikiran dengan para tokoh bulutangkis di Indonesia agar organisasi ini bisa menjangkau seluruh indonesia. Para tokoh tersebut antara lain Sudirman, E. Sumantri, Lim Soei Liong, Ramli Rakin, Khow Djie Hoe, dan Ang Bok Sun. Akhirnya Sudirman dan rekan-rekannya mengundang tokoh-tokoh bulutangkis di berbagai daerah seluruh indonesia untuk membentuk organisasi bulutangkis nasional. Pada tanggal 5 mei 1951, terbentuklah organisasi induk bulutangkis nasional PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia). Dan selanjutnya pada tahun 1953, Indonesia menjadi anggota resmi organisasi bulutangkis dunia IBF (International Badminton Federation). Empat tahun kemudian indonesia baru bisa mengikuti piala Thomas 1957-1958.
Pada tahun 1950, bulutangkis sudah menjadi olahraga tingkat nasional, dan dipertandingkan di seluruh kota Indonesia, khususnya di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Setelah sempat berhenti pada masa penjajahan jepang, olahraga bulutangkis kembali dimainkan tidak lama setelah indonesia merdeka. Perkembangan olahraga bulutangkis di tanah air dapat dilihat dari pekan olahraga nasional (PON) I di Surakarta pada tahun 1948 yang diikuti oleh banyak wilayah (karesidenan). Di jawa barat selain Tasikmalaya, Bandung, dan Cirebon, di Cianjur bulutangkis telah berkembang meskipun belum ada jago yang berkiprah di tingkat Nasional. Di kota kecil tersebut terdapat delapan klub, dengan dua klub yang mempunyai pemain baik yakni di PB Chung Hua dan PB Hudaya.
Sebenarnya sekitar tahun 40-an cabang olahraga ini telah menyebar disetiap pelosok daerah, namun olahraga ini baru menemukan bentuk organisasinya dalam 3 tahun seletah diselenggarakan PON I di solo 1948. Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) baru terbentuk pada tanggal 5 Mei 1951 di kota Bandung. Pertandingan kompetisi yang teratur dan semarak dalam waktu tujuh tahun telah memberikan hasil yang positif, yaitu keberhasilan dalam meraih Thomas Cup, lambang supermasi bulutangkis dunia. Hampir tidak masuk akal pada waktu itu, dimana bangsa yang baru saja hancur karena perang kemerdekaan, ternyata dapat meraih prestasi yang sangat gemilang di dunia internasional. Keberhasilan tersebut tidak hanya mengejutkan namun juga menghasilkan pengaruh yang sangat mantap bagi perkembangan bulutangkis di indonesia. Keberhasilan tersebut sekaligus juga menarik pemerintah sehingga sejak tahun 1958 PBSI tidak lagi bekerja sendiri. Dan sejak saat itu, para pemain indonesia tidak hanya berhasil di Thomas Cup, tapi juga mampu menunjukkan prestasinya di berbagai turnamen internasional, seperti Asian Game, All England, Uber Cup, dan lain-lainnya.

1 komentar: